Minggu, 24 Januari 2016

PD BICARA SEKSUALITAS PADA ANAK Part 2

By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah,S.Psi
               
Dengan mengucap bismillah, saya bagikan ini sebagai ikhtiar dan doa saya memohon perlindungan kepada Allah atas diri, keluarga, sahabat, teman, dan anak didik dari banyak hal yang Allah tidak ridloi, aamiin.

Pembahasan kedua :  Apa yang sebaiknya diajarkan pada anak dan siapa yang bertanggungjawab ?
Baiklah mari kita masuk pada pembahasan berikutnya.  Setelah kita mempunyai gambaran tentang apa yang sedang mengintai anak-anak kita, maka langkah selanjutnya mari kita bangun, kuatkan barisan, dan cukup kagetnya tidak usah berlama-lama dan jangan pingsan lagi ya, please! #NgingetinDiriSendiri L

Sebelumnya kita harus pahami terlebih dahulu apa sebenarnya yang harus kita ajarkan kepada anak kita. Mengajarkan seks ?Seks adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan alat kelamin dan bagaimana menjadi laki-laki dan perempuan. Itukah yang kita ajarkan ?bukan itu sahabatku tersayang, tapi yang kita ajarkan kepada anak-anak kita beyond than that yaitu SEKSUALITASnya. Apa bedanya dengan seks ? Seksualitas adalah
·         Totalitas kepribadian
·          Apa yang kita percayai, rasakan, pikirkan, rasakan, pikirkan, dan bagaimana kita bereaksi
·         Bagaimana kita berbudaya, bersosial, dan berseksual
·         Tampil ketika berdiri, tersenyum, pakaian, tawa, dan menangis
·         Menunjukkan siapa kita
Misalnya saya, saya adalah serang wanita berkerudung, buat saya yang boleh terlihat hanyalah tangan dan wajah, saya lebih senang memakai rok, dan model kerudungnya menutup dada.Maka itu menunjukkan siapa saya sebagai pribadi. Tiba-tiba sahabat semua bertemu saya tidak berkerudung, rambut diwarnai, memakai rok mini, baju tak berlengan lalu setiap melihat laki-laki saya dekati sambil menyapa dengan suara lembut “Hai om mau ke mana, saya temani ya!” sambil ketawa-ketiwi dan colek-colek. Nah pasti yang melihat akankaget dan melihat kepribadian yang berbeda dari saya. Contoh lain ada seorang anak laki-laki yang selalu tersenyum, membantu orangtua, menghargai perempuan, menjaga pandangan, dll. Sebaliknya ada laki-laki tapi kemayu,  semua tingkah lakunya seperti perempuan, dan ujung-ujungnya ternyata dia merasa dirinya perempuan. Semua itulah yang tercakup dalam seksualitas, jadi kita bisa pahami sekarang bahwa yang harus pertama kali kita ajarkan kepada anak kita sejak dini adalah SEKSUALITASnya, bagaimana kita mendampingi anak laki-laki kita menjadi laki-laki sejati dan anak perempuan kita menjadi perempuan seutuhnya yang tentunya kedepannya disipkan menjadi seorang calaon suami, istri, ayah, dan ibu.

Sebagai orang tua kita dihadapkan akan beberapa pilihan ketika mendampingi putra-putri tercinta, yaitu :
·         Membeo, artinya orang tua terus menerus merasa benar dan jarang mau mendengar sehingga isi pengasuhan dipenuhi dengan gaya komunikasi yang tidak efektif ; Menyalahkan, menasehati, membandingkan, menyuap, dll.
·         Mengulang Sejarah, artinya kita mendidik anak kita sama dengan cara mendidik orang tua kita padahal seringkali kita sebenarnya banyak tidak setuju dengan pengasuhan oran tua kita tapi kita terjebak pada pengasuhan yang sama. Begitu pula orang tua kita, bisa jadi pengasuhannya mengulang sejarah apa yang telah didapatkan dari orang tuanya (Allahummaghfirlahum).
·         Merubah fikiran, artinya kita terbuka, mau belajar dari pengalaman, belajar ilmu-ilmu baru yang disesuaikan dengan perkembangan anak kita dan perkembangan zaman, sehingga kita mempersiapkan pengasuhan dengan lebih optimal. Mana yang akan kita pilih, apakah membeo, mengulang sejarah, atau merubah fikiran  itulah yang akan mewarnai anak kita. 

Dalam pengasuhan seksualitas anak dan remaja ada beberapa prinsip yang harus orang tua perhatikan, diantaranya bahwa orangtua pendidik utama/pertamaseksualitas anak sehingga harus konsekwen dan respek, landasan yang harus dipakai adalah landasan AGAMA (jadikan Al-quran rujukan dalam menyampaikan ilmu kepada anak, baca qurannya dan bacakanlah), putuskanlah masa lalu dan keluarlah dari tabu dan saru, serta tingkatkan terus pengetahuan dan keterampilan sebagai orang tua.

Dari gambaran di atas kita semua pahami bahwa yang bertanggungjawab dalam pendidikan dan pengasuhan anak adalah ayah ibunya atau walinya. Ketika menikah tentunya 2 orang insan mempunyai cita-cita besar dalam rumah tangganya terutama ketika mereka dianugrahi keturunan, maka langkah pertama yang harus DISADARI dan DISEPAKATI  bersama adalah anak amanah dari Allah.
SADAR :
·         Bahwa tanggung jawab orang tua kepada Allah
·         Gentingnya masalah karena isyu semakin berkembang
·         Anak perlu pendampingan melewati masa pubertasnya
SEPAKAT :Kedua orang tua harus mempunyai 3C,
·         Concern,  adanya kepedulian terhadap perkembangan anak secara bersama
·         Commitment, berkomitmen bersama terhadap apa yang akan diberikan kepada anak secara bersama-sama, visi-misi, dan adanya pembagian tugas yang jelas.
·         Continuity, terus-menerus bergerak dan berkelanjutan bersama dalam mendidik dan mendampingi anak-anak tercinta

Tentunya sebelum kita lanjutkan kepada bagaimana caranya dan bagaimana memulainya, yang harus kita harus telaah dulu adalah diri kita sendiri sebagai orang tua agar kita bisa percaya diri dalam menghadapi anak-anak kita. Apakah kita masih punya masa lalu yang mempengaruhi diri dan hubungan dengan pasangan ?masalah komunikasi ? suami belum memperlakukan istri dengan ma’ruf ? dan lain-lain.

Apabila kita masih punya ganjalan dalam interaksi dengan pasangan, maka komunikasi harus diperbaiki. Misalnya seorang istri semasa hidupnya sebelum menikah sering ditampar ayahnya ketika menikah dan dihadapkan  dengan suaminya yang senang mengekspresikan kasih sayangnya dengan mengelus pipinya ia respon dengan memalingkan mukanya sambil berujar “apa sih tidak usah pegang-pegang pipi!” karena itu mengingatkannya akan kebiasaan ayahnya. Contoh lain, seorang istri yang mempunyai ayah yang sering main perintah dan tidak memberikan kesempatan dirinya memberikan pendapat dan seringkali disalahkan, suatu saat mendapati suaminya meminta tolong dengan menunjuk sesuatu, maka respon yang muncul adalah “tidak usah tunjuk-tunjuklah, aku juga sudah tahu!”. Tentunya hal-hal seperti itu sedikit banyak akan mengganjal hubungan dan akan imbas terhadap pengasuhan kepada anak-anak. Oleh sebab itu sebaiknya suami istri saling membuka diri dan menyampaikan apa yang dirasakan dan apa yang ingin dibantu oleh pasangan. Setelah masalah kita selesai, maka kita insyaAllah siap menghadapi dan berinteraksi dengan anak kita dengan lebih tenang dan percaya diri.

Bagaimana caranya memulai pendidikan /pengasuhan seksualitas pada anak ?
·         TENTUKAN PRIORITAS, waspada : apa saja ya ? apa bahayanya ? lalu bagi-bagi tugas! Misalnya, untuk Ryan dan Rania.

No
Kegiatan yang akan dilakukan
Siapa yang menjadi mentor
Periode/waktu
1
Mengajarkan SENTUHAN dan orang di sekitar
Mama, Papa
Juli
2
Penjelasan mengenai persiapan baligh
Papa
Agustus
3
Penjelasan dampak positif dan negative TV, internet, PS, HP, dan sejenisnya
Mama, Kakak
November
4
Bergaul dengan baik dan benar
Mama dan Papa
Desember
5
Cara berpakaian, penggunaan parfum, berbicara di telepon
Papa
Desember

·         PERSIAPKAN!, materinya harus sesuai dengan tahapan USIA anak (carilah materinya), latihan bicara depan cermin bagaimana cara menyampaikan (lakukan berulang-ulang sampai yakin dan tidak ragu), dan ciptakan situasinya (buat senyaman dan sesantai mungkin agar anak rileks dan siap menerima)
·         Mulailah dengan menjawab atau bercerita isyu genting sekarang (CURRENT ISSUE). Contoh : Nak peer group itu sunatullah ya, seusia kalian lebih senang berkumpul bersama teman, bagaimana denganmu ?......dst.
·         PENGALAMAN MAMA/PAPA. Orang tua bisa bercerita mengenai pengalaman masa lalu yang lucu, konyol, inspiratif, dll yang bisa mencairkan suasana karena pada dasarnya anak sangat senang mendengar cerita masa lalu ayah ibunya.
·         LENGKAPI/SUSULKAN di lain waktu apabila ada materi yang ketinggalan disampaikan kepada anak.
·         Dalam cara penyampaian selalu gunakan ISTILAH yang ada dalam ALQURAN atau HADIST
·         Anak membutuhkan SIKAP DAN PENDIRIAN ORANG TUA untuk tahu mana yang tak bisa ditawar-tawar dan mana yang bisa dinegosiasi.
·         Manfaatkan GOLDEN OPPORTUNITY, misalnya ketika anak bertanya tentang masalah seksualitas, berada di tengah suatu situasi seperti melihat perempuan dengan baju minim,  anak perempuan kita tertawa keras, berbicara di telepon dengan mendayu, dll.
·         Miliki “THE COURAGE TO BE IMPERFECT” /jangan jaim, artinya tidak harus takut terlihat tidak sempurna di depan anak.
·         KONSISTEN dan belajar MENSTABILKAN emosi dalam menghadapi anak sehari-hari.
·         TELADAN/USWAH lebih dari 1000 kata-kata.

Marilah kita menjadi orang tua yang selalu siap bagi anak-anak kita dan tidak menjadikan masalah TIDAK ADA WAKTU, ILMU DAN PENGETAHUAN menjadi alasan kita untuk tidak mau belajar memulai menjadi orang tua yang asyik dalam berinteraksi dengan anak-anak tercinta.

Untuk waktu, luangkanlah! It’s URGENT! Lalu bagaimana supaya ilmu dan pengetahuan kita bertambah tentunya kita juga harus mengetahui gambaran tahapan perkembangan anak dan remaja kita terutama perkembangan seksualnya sehingga diharapkan kita akan punya gambaran dan senjata ampuh ketika memulai praktek dalam pengasuhan seksualitas mereka. InsyaAllah kita kupas di pembahasan selanjutnya ya.

Selamat menikmati proses perbaikan komunikasi dengan pasangan dan mulai menjalin hubungan lebih intens dengan anak-anak tercinta. Mudah-mudahan Allah memudahkan segala urusan kita dan janganlah kita lupa selalu berdoa kepada Allah untuk ketuntasan kita dalam menyelesaikan tugas sebagai orang tua.

Wallahu a’lam bishawwab


Sampai jumpa di Pembahasan ketiga : Bagaimana caranya?  Yuk praktek!, insyaAllah J

Sabtu, 19 September 2015

PD BICARA SEKSUALITAS PADA ANAK, Part 1

PD BICARA SEKSUALITAS PADA ANAK
By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah

Dengan mengucap bismillah, saya bagikan ini sebagai ikhtiar dan doa saya memohon perlindungan kepada Allah atas diri, keluarga, sahabat, teman, dan anak didik dari banyak hal yang Allah tidak ridloi, aamiin.

Pembahasan satu : Apa latar belakang kita harus belajar PD bicara seksualitas pada anak ?

Sudah bertahuln-tahun lalu terakhir saya mendapatkan materi ini dari bu Elly Risman dan rasanya sudah tenggelam dalam otak saya entah di bagian mana. Sementara  saat ini saya sangat membutuhkannya sekali.  Alhamdulillah Allah menjawab doa saya dengan bertemu kembali dengan materi yang sama hari ini yaitu PD Bicara Seksualitas Pada Anak.

Sebelum kita masuk kepada pembahasan bagaimana berbicara dengan anak kita mengenai seksualitas, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu kenapa hal tersebut menjadi sangat penting.
Bu Elly mengawali seminar ini dengan memaparkan fakta-fakta hasil penelitian mengenai persebaran kasus kejahatan seksual di 26 provinsi di Indonesia dengan pelaku anak-anak SMP-SMA, kasus kejahatan seksual di sekolah yang dilakukan guru di 18 provinsi, gambaran kasus kejahatan seksual dengan pelaku anak usia SD di 14 provinsi, dan informasi lain baik yang diberitakan di media masa ataupun tidak. Hasil penelitian ini menunjukan Jawa Barat tercinta ada di urutan 3 besar…hiks.

Di kalangan anak-anak dan remaja kita telah mewabah kebiasaan-kebiasaan yang di luar dari bayangan dan nalar kita…innalillahi…yaitu mereka sudah melihat konten pornografi dari kelas 4, 5, 6 SD, terbiasa saling mengirim pesan yang menjurus kepada hal yang tidak pantas/porno, selfie, pacaran, masturbasi, seks suka sama suka, dan kampanye LGBT lewat semua social media pun semakin gencar. Saat ini yang membuat merinding, seluruh badan berkeringat, hati bergetar, dan kepala berdenyut karena pelaku dan korban kejahatan seksual dilakukan dari sejak usia muda…hiks lagi…..berurai air mata tanpa bisa terbendung, yaa Rabb…

Ada apa ini,,,apa yang terjadi dengan anak-anak kita tercinta sang penerus peradaban ? ternyata anak-anak kita tanpa kita sadari sudah terpapar pornografi yang telah membuat otaknya rusak, kenapa ? karena pornografi adalah NARKOLEMA yaitu narkoba lewat mata….ya benar NARKOBA! Tapi efek narkolema  ini kerusakannya melebihi narkoba biasa. Sementara kita sebagai orang tua merasa AMAN sehingga tidak menyadari bahaya besar sedang mengintai anak-anak kita tercinta dan nerasa itu tidak akan terjadi dengan anak kita sehingga perlulah kita kembali melihat diri dan sekeliling kita agar sense of emergency kita kembali menyala dan melihat persoalan ini sebagai persoalan yang harus diprioritaskan diperhatikan.

Bagaimana sebetulnya kerusakan otak anak kita atau bahkan kita yang kecanduan pornografi ? mari kita lihat ilustrasinya : Sebuah mobil mewah yang sangat nyaman dan bisa dikendarai dengan sangat cepat melaju di jalan tol dengan kecepatan paling maksimal tiba-tiba menambrak pembatas tol sampai riksek dan kepala pengendaranya terbentur dengan sangat keras sampai koma. Ketika di MRI terlihatlah apa yang terjadi dengan otaknya. Banyak syaraf dan fungsinya yang rusak sehingga tidak bisa mengirim sinyal kepada bagian tubuh lainnya, maka tidak ada koneksilah otak dengan organ lainnya. Nah sehebat itulah kerusakan otak anak/kita yang telah terpapar pornografi yang jumlahnya tak terhitung alias kecanduan….naudzubillah…hiks. Kenapa itu terjadi ? karena ketika kecanduan pornografi, maka otak bagian direktur menjadi kurang atau bahkan tidak berfungsi. Sementara direktur /pre frontal cortex yang letaknya di bagian kening kananadalah tempat berkembangnya nilai dan moral yang bertanggungjawab/ bertugas untuk mengambil keputusan, perencanaan masa depan, pengaturan emosi untuk menunda kepuasan, dan pengontrolan diri yang berhubungan dengan konsekwensi. Otak bagian ini akan matang secara keilmuan adalah pada usia 25 tahun, jadi apabila dalam proses perkembangannya mendapat perlakukan yang tidak menstimulasinya untuk berfikir kritis.

Sementara dalam perkembangan otak ini selain ada pre frontal cortex sebagai  direktur, ada juga sitem limbik yang bertugas sebagai responder, di mana responder ini yang biasa mengeluarkan zat dopamine apabila merasakan kenikmatan dan cenderung menagih kembali untuk merasakan kenikmatan yang sama atau bahkan lebih. Misalnya si A melihat konten pornografi maka responder meresponnya dengan mengeluarkan dopamine maka responder akan mengirim instruksi /menagih/meminta kembali melihat hal yang sama agar responder terpuaskan. Apabila konten tersebut tidak lagi membuat dopamine keluar, maka responder akan mengirimkan perintah untuk mencari konten yang lain yang dapat memuaskan responder dan mengeluarkan dopamine…dan begitu seterusnya. Bagi otak anak dan remaja yang belum sempurna direkturnya, maka hal tersebuat akan membuatnya menciut dan menurunkan fungsinya. Ibarat seorang binaragawan yang terus melatih tangannya terus-menerus supaya berotot tapi lupa melatih kakinya juga, maka lambat laun kakinya akan bermasalah karena menopang berat dari bagian atas, begitu juga otak anak kita. Pada anak remaja ke bawah perkembangan 1 direktur diiringi perkembangan responder 3, jadi kalau rangsangan pornografi sangat banyak, maka direktur akan kewalahan melawan keinginan responder yang begitu meluap.

Tempat-tempat anak melihat pornografi begitu membuat saya tertegun, bagaimana tidak ? prosentasinya sudah mulai membesar dari terakhir saya dapatkan dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Di rumah sendiri/saudara, bioskop, rumah teman, sekolah, dan warnet adalah beberapa tempat yang disebutkan mereka pertama kali atau terbiasa melihat konten pornografi dari hasil penelitian pada anak.

Selain ada anak-anak penikmat pornografi, sekarang semakin berkembang anak-anak sebagai pelaku, di mana mereka mulai menyebarkan selfie yang berindikasi pornografi, seperti :
1.       Naked Selfie, Memfoto sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh.
2.       Belfie, Mempertontonkan perutnya.
3.       Shower Selfie, difoto ketika mandi.
4.       After Sex Sefie, you now what is this…(tidak kuat mengetiknya, langsung sakit kepala).
5.       Selfie Pamer Ketiak, sedang marak foto ketiak dengan bulu warna-warni.
6.       Gym/Abs Selfie, memamerkan badan yang berotot, perut berotot 6, dan sejenisnya.
7.       Selfie hamil dan menyusui, banyak yang bangga memamerkan perutnya  yang hamil (foto telanjang bagian perut atau seluruh badan)  ataupun sedang menyusui dengan alasan keren dan seni.
Sahabatku semua baru tahu sekarang ? kasian! Sama dong dengan saya, hanya beberapa poin yang pernah saya tahu sedang melanda anak-anak bahkan orang dewasa di sekitar kita, sisanya….membuat kaki dan jantung  saya kembali bergetar…hiks…hiks…hiks.

Masalah lainnya yang sedang marak adalah PACARAN. Dari mulai anak-anak TK, SD,SMP,SMA tampaknya banyak yang berlomba-lomba kalau dapat pasangan aliaspacar itu adalah prestasi. Kalau loe tidak punya pacar, kasian deh loe tidak laku, tidak keren, tidak ke-kinian, tidak gaol, dan sebutin lain yang membuat dirinya tidak berharga dan diakui sehingga mencarilah mereka pasangan dengan banyak alasan.  Setelah punya pasangan, apa yang mereka lakukan ? mereka merasa sudah halal melakukan apapun dengan pasangannya seperti berpegangan, berciuman, dll…hu..hu L

Darimana semuanya itu ? dari tontonan (film, sinetron, iklan, dll), games, komik & majalah, internet, dan media lainnya yang berkonten pornografi. Kenapa begitu genjar serangan pornografi ? apakah ada dalangnya ? yup, ada! Menurut Mark B. Kastleman, Candeo , penyedia pornografi yang meraup pundi-pundi uang yang tak terhitung jumlahnya sangat tahu usia anak dan remaja adalah masa-masa yang mudah disasar dan dijadikan MARKET FUTURE mereka  sebagai pecandu pornografi yang otomatis akan menjadi pelanggan mereka seumur hidup terutama anak laki-laki kita dengan   3 sasaran yaitu, anak dan remaja kita memiliki perpustakaan porno yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja (visual crack cocaine), kerusakan otak permanen, dan dirangsang untuk ejakulasi 33-36 kali ejakulasi….maka berhasillah mereka menjerat anak-anak kita…Innalillahi…naudzubillahimindzaalik.

Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan anak kita ?
·         Orangtua terlalu sibuk sehingga anak di sub kontrakan. Pengasuhan anak kita serahkan kepada orang lain, baik itu pengasuh, babby sitter, saudara, nenek-kakek, dll. Kita sibuk bayar mahal mereka sementara tanpa kita sadari anak kita tidak terdidik dengan baik/maksimal. Banyak kasus anak yang dilecehkan oleh orang-orang terdekatnya sementara kita tidak tahu sama sekali dan merasa semuanya baik-baik saja.

·         Orang tua/pendidik dan anak tidak sadar bahwa anak adalah generasi PLATINUM yang dibesarkan di ERA DIGITAL. Dengan sentuhan satu jari saja anak bisa menjelajah banyak hal termasuk konten pornografi, kekerasan, judi, dsb. Sementara dengan bangganya banyak orang tua yang menfasilitasi anaknya dengan semua teknologi tanpa mengajari dan mendampingi bagaimana penggunaannya secara benar dan bijaksana. Bayi yang belum bisa jalanpun sudah diberikan bermain hp atau ipad yang sangat tidak dibutuhkan oleh mereka. Alasan banyak orang tua yang melakukannya, supaya diam/anteng!

·         Orang tua/pendidik dan anak tidak menyadari bahwa masa-masa ini adalah masa meniru dan ingin tahu rasanya, sehingga  apa yang dilihatnya cenderung membuat mereka ingin mencobanya. Dan ini terjadi pada anak yang tidak mendapat pondasi kuat dari lingkungannya terutama agama.
·         Orangtua/pendidik beranggapan bahwa persiapan pra baligh bisa dilakukan nanti. Ayo jujur, berapa dari kita yang diajarkan persiapan menghadapi baligh misalnya mengenai mensturasi dan mimpi basah oleh orang tua/wali kita ? sedikit, iya sedikit karena banyak yang beranggapan itu bukan hal penting, padahal anak-kita harus disiapkan bagaimana mereka nanti ketika baligh, apa yang harus disiapkan dan apa yang harus dilakukan.

·         Umumnya ayah kurang terlibat dalam pengasuhan dan banyak DIAM. Banyak ayah yang menyerahkan segala sesuatu kepada ibunya anak-anak dan merasa tugasnya hanya satu yaitu mencari rezeki atau UANG sehingga perkembangan anak timpang dan tidak berkembang secara optimal.

Wah semakin panas ini pembahasan…intinya adalah yang sedang terjadi dengan anak dan remaja di sekitar kita adalah masalah besar dan sangat URGENT!  Tidakkah mulai menyadari bahaya mengintai anak-anak kita ? Jangan sampai kita kebakaran jenggot ketika hal tersebut terjadi pada orang-orang yang kita cintai….Yaa Rabb lindungi keluarga dan anak didik hamba….berurai kembali  #NoteToSelf#Faghfirlii…

Lalu apa yang sudah kita persiapkan ? sudah sejauhmana kita sudah mempersiapkan pubertas anak kita ? apakah kita melakukannya sendiri atau mengharapkan orang lain melakukannya ? apa saja yang sudah dibahas bersama anak-anak ? pernah dan sudahkah membahas isyu mutakhir yang disampaikan di atas kepada anak-anak kita ?.....kemana saja kita ? pingsankah ? masih sibukkah dengan urusan diri sendiri ?

Pembahasan selanjutnya insyaAllah dilanjut nanti ya, karena begitu banyak yang harus dibahas dan supaya kita bisa meresapi terlebih dahulu apa yang sedang terjadi dan mengapa penting kita bangun dari PINGSAN agar pembahasan berikutnya dapat kita cerna bersama dalam keadaan bangun.
Wallahu a’lam bishowwab…

NEXT…
Pembahasan kedua :  Apa yang sebaiknya diajarkan pada anak dan siapa yang bertanggungjawab ?

Pembahasan ketiga : Bagaimana caranya?  Yuk praktek!

Sabtu, 05 September 2015

Great Communication...Great Relationship!

Komunikasi Efektif
By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah
                       
Pernahkah kita berada di posisi ketika mengikuti sebuah pertemuan atau rapat, suasananya begitu chaos/ribut karena semua orang yang berada di ruangan tersebut bicara semua dan ingin pendapatnya tersampaikan dan diterima ? Pernahkah kita mendengar seorang anak tiba-tiba menangis saat sedang bermain bersama teman-temannya dan orangtuanya berkomentar “Sssst diam, jangan cengeng!” atau “Tuh kan kata mama juga jangan main sama Doni! Doni kan anak nakal!” atau “Kamunya sih, senang gangguin temannya ya, jadi saja dia tidak suka kamu!”, dsb ? Pernahkah juga ketika anak kita nilai-nilai di rapotnya tidak sesuai harapan atau perilakunya tidak sebaik yang kita harapkan, kitapun berkomentar “Lihat tuh kakak kamu nilai-nilai di rapotnya lebih bagus dari punya kamu!”, “Kamu ngga mau belajar sih! atau “Kamu mah ngga seperti adik kamu yang rajin bantuin papa! Malas kamu!” Pernahkah anak kita pulang telat tidak seperti biasanya alias telat kemudian member informasi bahwa ia telat karena jalanan macet kemudian kita berkomentar “Ke mana dulu kamu ? sama siapa? Pasti main dulu ya ? awas ya kalau bohong, ayo main sama siapa ? jangan macet dijadikan alasan!”? Pernahkah kita mengingatkan anak kita untuk tidak naik di motor karena khawatir terjatuh dan motornyapun jatuh tapi tidak diindahkan dan akhirnya anakpun terjatuh kemudian kita menjewer anak kita sambil berkata “tuh kan kata bunda juga jangan naik, jadi kamu jatuh. Rasain, sakitkan! Lihat motornya jadi rusak deh sama kamu! Pernahkah ? Pernahkah ? Pernahkah?... :P

Pernahkah pula kita membayangkan respon dan perasaan orang-orang yang mendapat komentar-komentar di atas ? atau bagaimana perasaan kita apabila kita berada pada situasi tersebut ?
Dalam proses menyampaikan/pengiriman serta tukar menukar informasi, ide dan sebagainya yang disebut sebagai KOMUNIKASI seringkali tanpa disadari kita terjatuh pada jenis komunikasi yang tidak efektif, artinya maksud dan tujuan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Tentu saja ilustrasi komunikasi di atas menunjukkan usaha seseorang ingin memberitahu, merubah perilaku, menanamkan pemahaman, dll. tapi ternyata respon  dan akibatnya di luar dugaan.
Respon-respon yang sering muncul dan termasuk kepada jenis-jenis KOMUNIKASI YANG TIDAK EFEKTIF diantaranya yaitu, memerintah, mengancam, melabel, membandingkan, menceramahi, menginterogasi, menyalahkan, mendiagnosa, menyalahkan, memberikan solusi, mengalihkan/menyuap, membohongi, menghibur, dan menjamin.

Ketika kita terjebak dalam komunikasi tidak efektif, maka berbagai respon dari teman komunikasi kita seringkali membuat kita kaget dan  bingung karena pesan yang kita sampaikan ditangkap/dicerna secara berbeda oleh teman komunikasi kita, misalnya situasi anak yang pulang telat di atas, kemudian menyampaikan alasan karena alasan macet dan respon kita seperti di atas, maka itu termasuk pada jenis komunikasi tidak efektif yaitu menginterogasi, maka pesan yang mungkin ditangkap oleh anak adalah orantuaku tidak percaya sama aku dan merasa dicurigai padahal apabila komunikasinya tepat, orangtua akan benar-benar tahu kemana anaknya. Bermain dulu atau memang karena macet. Anakpun akan dengan nyaman menceritakan apapun kepada kita, insyaAllah.
Lalu apa yang harus kita pelajari dan lakukan agar terhindar dari komunikasi yang tidak efektif ?

1.       Mengenali dan Memahami bentuk perasaan
Pada tahap ini, kita diajak belajar untuk memahami perasaan teman komunikasi kita, misalnya : Anak kita pulang sekolah tiba-tiba menangis sejadi-jadinya sambil berteriak “ aku benci Rani pokoknya benciiiii!. Hindari merespon sebelum kita kenali dulu perasaan anak kita “Hmm anakku sedang sedih atau kesal” . “Bundaaaaa….aku bisa pakai baju sendiri!” “oh anakku perasaannya sedang bahagia/bangga”. Nah setelah kita mengenali dan memahami bentuk perasaan anak kita tersebut yang disimpan di hati dan pikiran, baru kita siap pada tahap berikutnya.

2.       Ungkapan yang memahami bentuk perasaan
Setelah kita mengenali dan memahami bentuk perasaan anak kita di atas, barulah kita mengungkapkan sesuatu yang menunjukkan bahwa kita memahami perasaan anak kita. Contohnya : “ Anak mamah yang pemberani tampaknya sedang sedih/kesal ya, pulang sekolah langsung menangis, bagaimana ceritanya ?” “Alhamdulillah anak mamah perasaannya sedang bahagia/bangga ya, karena berhasil pakai baju sendiri. Mamah juga bangga lho sayang”.

3.       Memahami bahasa tubuh
Kadang-kadang atau seringkali bagi seseorang yang tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya atau yang sedang belajar mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya, gerakan tubuhnya tetap bisa menunjukkan apa yang sedang dirasakan dan dialaminya. Maka kita harus terbiasa membaca, mengenali, dan memahami bahasa tubuh sesorang. Misalnya : Pada saat anak kita tampil di sebuah pertunjukkan tiba-tiba anak kita berdiri kaku di panggung dengan wajah tegang dan mata tertuju pada satu titik padahal ketika latihan anak kita begitu ceria dan enjoy serta percaya diri. Sebelum merespon, mari kita terbiasa memahami rasa dibalik bahasa tubuh kaku tersebut “yaa Rabb…anakku perasaannya saat ini pasti sedang khawatir/cemas”, sehingga jempol dan senyumlah yang kita berikan dari area penonton. bukannya melotot dan mengumpat sehingga anak kita semakin cemas.

4.       Mari menentukan masalah siapa ?
Setelah kita dapat memahami bentuk perasaan dan bahasa tubuh teman komunikasi kita dilanjut kita telah tahu ungkapan apa yang cocok untuk digunakan, langkah selanjutnya agar kita tidak tergelincir pada respon komunikasi yang tidak efektif, maka kita harus menelaah sebenarnya siapa yang sedang menghadapi masalah dan siapa yang bermasalah karena berhubungan dengan apa yang harus kita ungkapkan atau sampaikan selanjutnya. Misalnya: Untuk kasus anak yang pulang tiba-tiba datang menangis, tentunya yang sedang punya masalah adalah anak, tapi untuk kasus yang orangtua melarang anaknya naik motor dan jatuh, yang bermasalah adalah orangtua. Bisa tahu bedanya ? mari resapi. Setelah kita memahaminya maka bagi yang mempunyai masalah konsekwensinya dialah yang harus bisa menyelesaikan masalahnya. Bagaimana caranya ?
·         Apabila yang mempunyai masalah adalah anak/pasangan/teman komunikasi lainnya, maka kita harus berperan sebagai PENDENGAR AKTIF, di mana kita hanya berkomentar sesuai dengan pemahaman kita tentang bentuk perasaan dan makna dibalik bahasa tubuhnyanya lalu giring untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Contoh :
“Aku benci Rina pokoknya benciiiii! Sambil menangis sejadi-jadinya
“ Oh kamu perasaannya sedang kesal ya, tentunya tidak nyaman ya rasanya merasa benci sama teman” posisi dekat anak dan wajah menghadap anak.
“Iyaaa…Rina tadi di sekolah tidak mau main sama aku!” tambah keras menangis
“Menurutmu sayang kenapa Rina tidak mau main sama kamu ?”
“Iya karena aku tidak mau berbagi makanan bekal aku!”
“ooh gitu ya. Kenapa kamu tidak mau berbagi kemarin ? biasanya kamu senang berbagi.”
“Karena makanannya sedikit!”
“Sudah beritahu Rina ?
“Belum!”
“Nah supaya Rina tahu, apa yang harus kamu lakukan!”
“Memberitahu Rina kalau aku bawa makanan lebih banyak pasti aku berbagi. Karena kemarin aku bekal sedikit dan ada kegiatan olahraga, jadi aku tidak berbagi dulu”
“Alhamdulillah anak mamah sudah bisa mendapatkan jawabannya. Kapan akan kamu beritahu Rina ?”
“Besok!”
“Sip! mama doakan besok urusannya lancar ya. Mama tunggu kabar selanjutnya ya” peluk anak.
·         Apabila yang mempunyai masalah adalah kita, maka konsekwensinya kitalah yang harus menyelesaikan masalah dengan PESAN KITA/DIRI. Kepiawaian kita merangkai kata sangat dibutuhkan ketika kita sedang melakukan ini karena jangan sampai teman komunikasi kita merasa dinilai negative sebelum komunikasi itu berjalan. Dalam pesan kita ini beberapa poin penting dalam penyampaiannya harus diperhatikan, yaitu : sampaikan persaan kita, perilaku yang mengiringi perasaan kita muncul, dan akibatnya baik buat diri dan lingkungan. Contoh : Kasus anak usia 4 tahun yang telah diingatkan beberapakali untuk tidak naik motor dan akhirnya si anak dan motornya terjatuh. Yang harus pertama kita lakukan adalah jauhkan anak dari motor dengan penuh kasih sayang, periksa keadaannya dari atas rambut sampai ujung kaki untuk melihat apakah anak kita terluka. Apabila ada luka yang harus diobati, maka obatilah dulu sampai tuntas. Jika anak kita baik-baik saja, maka pesan kita bisa diberikan setelah anak terlihat lebih tenang.
“Bunda MERASA sedih dan kecewa sama ade tadi, KARENA ade sudah diberitahu beberapa kali untuk tidak naik motor tapi ade tidak mendengarkan Bunda, AKIBATNYA ade dan motornya jatuh. Lihat badan ade jadi memar, bundakan sedih kalau ade terluka (sambil mengusap kepala atau area terluka). Lihat, motor ayahpun jatuh dan bisa saja motornya rusak dan tidak bisa dipakai lagi buat ayah, bunda, dan ade jalan-jalan”. Sampaikan pesan kita ini dengan intonasi yang biasa saja dan wajah yang menunjukkan hal ini serius tapi bukan ekspresi marah. Usahakan anak bisa melihat kita, misalnya dengan cara duduk di atas gendongan dan menghadap kita. Berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengajak anak untuk berjanji untuk tidak melakukannya dan membantu bersama-sama membetulkan posisi motor (tentu saja kita yang lebih banyak porsinya, anak hanya menyentuh saja sudahpun sudah bagian dari pembelajaran bertanggungjawab dengan apa yang telah dilakukannya). Hindari terlalu banyak kata-kata yang berhamburan dalam pesan kita ini karena akan membuka celah untuk terjadinya jenis komunikasi yang tidak efektif. Kata kunci dalam pesan diri ini adalah usia teman komunikasi,padat, dan jelas.

TIPS berkomunikasi secara efektif :
       RESPONLAH dengan cepat permasalahan yang ada, baik yang datangnya dari anak ataupun pasangan.
       JANGAN MENUNDA untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Libatkanlah pihak yang tepat untuk membantu anda mencari penyelesaian masalah yang ada dan tentunya dapat dipercaya.
       GUNAKAN BAHASA yang bijaksana dan tidak memojokan pihak manapun.
       CEK RECEK setiap persoalan yang dihadapi, hindari reaktif dan bersikaplah tenang

Dalam berkomunikasi ini, rasa lelah, cape, kesibukkan yang menyita waktu, dan suasana hati yang tidak nyaman akan sangat mempengaruhi ketika kita sedang menjadi Pendengar Aktif atau sedang melakukan Pesan Kita/Diri, sehingga usaha kita tidak optimal. Dari sini kita bisa melihat bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri. Bekerjasama dengan orang-orang tercinta yang ada di sekitar kita dalam hal ini keluarga sangatlah penting. Cinta dan komitmen dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan setiap persoalan/masalah dengan cara yang tepat.

Selamat menikmati setiap prosesnya ayah dan bunda yang ceria dan bersemangat!