Sabtu, 19 September 2015

PD BICARA SEKSUALITAS PADA ANAK, Part 1

PD BICARA SEKSUALITAS PADA ANAK
By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah

Dengan mengucap bismillah, saya bagikan ini sebagai ikhtiar dan doa saya memohon perlindungan kepada Allah atas diri, keluarga, sahabat, teman, dan anak didik dari banyak hal yang Allah tidak ridloi, aamiin.

Pembahasan satu : Apa latar belakang kita harus belajar PD bicara seksualitas pada anak ?

Sudah bertahuln-tahun lalu terakhir saya mendapatkan materi ini dari bu Elly Risman dan rasanya sudah tenggelam dalam otak saya entah di bagian mana. Sementara  saat ini saya sangat membutuhkannya sekali.  Alhamdulillah Allah menjawab doa saya dengan bertemu kembali dengan materi yang sama hari ini yaitu PD Bicara Seksualitas Pada Anak.

Sebelum kita masuk kepada pembahasan bagaimana berbicara dengan anak kita mengenai seksualitas, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu kenapa hal tersebut menjadi sangat penting.
Bu Elly mengawali seminar ini dengan memaparkan fakta-fakta hasil penelitian mengenai persebaran kasus kejahatan seksual di 26 provinsi di Indonesia dengan pelaku anak-anak SMP-SMA, kasus kejahatan seksual di sekolah yang dilakukan guru di 18 provinsi, gambaran kasus kejahatan seksual dengan pelaku anak usia SD di 14 provinsi, dan informasi lain baik yang diberitakan di media masa ataupun tidak. Hasil penelitian ini menunjukan Jawa Barat tercinta ada di urutan 3 besar…hiks.

Di kalangan anak-anak dan remaja kita telah mewabah kebiasaan-kebiasaan yang di luar dari bayangan dan nalar kita…innalillahi…yaitu mereka sudah melihat konten pornografi dari kelas 4, 5, 6 SD, terbiasa saling mengirim pesan yang menjurus kepada hal yang tidak pantas/porno, selfie, pacaran, masturbasi, seks suka sama suka, dan kampanye LGBT lewat semua social media pun semakin gencar. Saat ini yang membuat merinding, seluruh badan berkeringat, hati bergetar, dan kepala berdenyut karena pelaku dan korban kejahatan seksual dilakukan dari sejak usia muda…hiks lagi…..berurai air mata tanpa bisa terbendung, yaa Rabb…

Ada apa ini,,,apa yang terjadi dengan anak-anak kita tercinta sang penerus peradaban ? ternyata anak-anak kita tanpa kita sadari sudah terpapar pornografi yang telah membuat otaknya rusak, kenapa ? karena pornografi adalah NARKOLEMA yaitu narkoba lewat mata….ya benar NARKOBA! Tapi efek narkolema  ini kerusakannya melebihi narkoba biasa. Sementara kita sebagai orang tua merasa AMAN sehingga tidak menyadari bahaya besar sedang mengintai anak-anak kita tercinta dan nerasa itu tidak akan terjadi dengan anak kita sehingga perlulah kita kembali melihat diri dan sekeliling kita agar sense of emergency kita kembali menyala dan melihat persoalan ini sebagai persoalan yang harus diprioritaskan diperhatikan.

Bagaimana sebetulnya kerusakan otak anak kita atau bahkan kita yang kecanduan pornografi ? mari kita lihat ilustrasinya : Sebuah mobil mewah yang sangat nyaman dan bisa dikendarai dengan sangat cepat melaju di jalan tol dengan kecepatan paling maksimal tiba-tiba menambrak pembatas tol sampai riksek dan kepala pengendaranya terbentur dengan sangat keras sampai koma. Ketika di MRI terlihatlah apa yang terjadi dengan otaknya. Banyak syaraf dan fungsinya yang rusak sehingga tidak bisa mengirim sinyal kepada bagian tubuh lainnya, maka tidak ada koneksilah otak dengan organ lainnya. Nah sehebat itulah kerusakan otak anak/kita yang telah terpapar pornografi yang jumlahnya tak terhitung alias kecanduan….naudzubillah…hiks. Kenapa itu terjadi ? karena ketika kecanduan pornografi, maka otak bagian direktur menjadi kurang atau bahkan tidak berfungsi. Sementara direktur /pre frontal cortex yang letaknya di bagian kening kananadalah tempat berkembangnya nilai dan moral yang bertanggungjawab/ bertugas untuk mengambil keputusan, perencanaan masa depan, pengaturan emosi untuk menunda kepuasan, dan pengontrolan diri yang berhubungan dengan konsekwensi. Otak bagian ini akan matang secara keilmuan adalah pada usia 25 tahun, jadi apabila dalam proses perkembangannya mendapat perlakukan yang tidak menstimulasinya untuk berfikir kritis.

Sementara dalam perkembangan otak ini selain ada pre frontal cortex sebagai  direktur, ada juga sitem limbik yang bertugas sebagai responder, di mana responder ini yang biasa mengeluarkan zat dopamine apabila merasakan kenikmatan dan cenderung menagih kembali untuk merasakan kenikmatan yang sama atau bahkan lebih. Misalnya si A melihat konten pornografi maka responder meresponnya dengan mengeluarkan dopamine maka responder akan mengirim instruksi /menagih/meminta kembali melihat hal yang sama agar responder terpuaskan. Apabila konten tersebut tidak lagi membuat dopamine keluar, maka responder akan mengirimkan perintah untuk mencari konten yang lain yang dapat memuaskan responder dan mengeluarkan dopamine…dan begitu seterusnya. Bagi otak anak dan remaja yang belum sempurna direkturnya, maka hal tersebuat akan membuatnya menciut dan menurunkan fungsinya. Ibarat seorang binaragawan yang terus melatih tangannya terus-menerus supaya berotot tapi lupa melatih kakinya juga, maka lambat laun kakinya akan bermasalah karena menopang berat dari bagian atas, begitu juga otak anak kita. Pada anak remaja ke bawah perkembangan 1 direktur diiringi perkembangan responder 3, jadi kalau rangsangan pornografi sangat banyak, maka direktur akan kewalahan melawan keinginan responder yang begitu meluap.

Tempat-tempat anak melihat pornografi begitu membuat saya tertegun, bagaimana tidak ? prosentasinya sudah mulai membesar dari terakhir saya dapatkan dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Di rumah sendiri/saudara, bioskop, rumah teman, sekolah, dan warnet adalah beberapa tempat yang disebutkan mereka pertama kali atau terbiasa melihat konten pornografi dari hasil penelitian pada anak.

Selain ada anak-anak penikmat pornografi, sekarang semakin berkembang anak-anak sebagai pelaku, di mana mereka mulai menyebarkan selfie yang berindikasi pornografi, seperti :
1.       Naked Selfie, Memfoto sebagian tubuh ataupun seluruh tubuh.
2.       Belfie, Mempertontonkan perutnya.
3.       Shower Selfie, difoto ketika mandi.
4.       After Sex Sefie, you now what is this…(tidak kuat mengetiknya, langsung sakit kepala).
5.       Selfie Pamer Ketiak, sedang marak foto ketiak dengan bulu warna-warni.
6.       Gym/Abs Selfie, memamerkan badan yang berotot, perut berotot 6, dan sejenisnya.
7.       Selfie hamil dan menyusui, banyak yang bangga memamerkan perutnya  yang hamil (foto telanjang bagian perut atau seluruh badan)  ataupun sedang menyusui dengan alasan keren dan seni.
Sahabatku semua baru tahu sekarang ? kasian! Sama dong dengan saya, hanya beberapa poin yang pernah saya tahu sedang melanda anak-anak bahkan orang dewasa di sekitar kita, sisanya….membuat kaki dan jantung  saya kembali bergetar…hiks…hiks…hiks.

Masalah lainnya yang sedang marak adalah PACARAN. Dari mulai anak-anak TK, SD,SMP,SMA tampaknya banyak yang berlomba-lomba kalau dapat pasangan aliaspacar itu adalah prestasi. Kalau loe tidak punya pacar, kasian deh loe tidak laku, tidak keren, tidak ke-kinian, tidak gaol, dan sebutin lain yang membuat dirinya tidak berharga dan diakui sehingga mencarilah mereka pasangan dengan banyak alasan.  Setelah punya pasangan, apa yang mereka lakukan ? mereka merasa sudah halal melakukan apapun dengan pasangannya seperti berpegangan, berciuman, dll…hu..hu L

Darimana semuanya itu ? dari tontonan (film, sinetron, iklan, dll), games, komik & majalah, internet, dan media lainnya yang berkonten pornografi. Kenapa begitu genjar serangan pornografi ? apakah ada dalangnya ? yup, ada! Menurut Mark B. Kastleman, Candeo , penyedia pornografi yang meraup pundi-pundi uang yang tak terhitung jumlahnya sangat tahu usia anak dan remaja adalah masa-masa yang mudah disasar dan dijadikan MARKET FUTURE mereka  sebagai pecandu pornografi yang otomatis akan menjadi pelanggan mereka seumur hidup terutama anak laki-laki kita dengan   3 sasaran yaitu, anak dan remaja kita memiliki perpustakaan porno yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja (visual crack cocaine), kerusakan otak permanen, dan dirangsang untuk ejakulasi 33-36 kali ejakulasi….maka berhasillah mereka menjerat anak-anak kita…Innalillahi…naudzubillahimindzaalik.

Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan anak kita ?
·         Orangtua terlalu sibuk sehingga anak di sub kontrakan. Pengasuhan anak kita serahkan kepada orang lain, baik itu pengasuh, babby sitter, saudara, nenek-kakek, dll. Kita sibuk bayar mahal mereka sementara tanpa kita sadari anak kita tidak terdidik dengan baik/maksimal. Banyak kasus anak yang dilecehkan oleh orang-orang terdekatnya sementara kita tidak tahu sama sekali dan merasa semuanya baik-baik saja.

·         Orang tua/pendidik dan anak tidak sadar bahwa anak adalah generasi PLATINUM yang dibesarkan di ERA DIGITAL. Dengan sentuhan satu jari saja anak bisa menjelajah banyak hal termasuk konten pornografi, kekerasan, judi, dsb. Sementara dengan bangganya banyak orang tua yang menfasilitasi anaknya dengan semua teknologi tanpa mengajari dan mendampingi bagaimana penggunaannya secara benar dan bijaksana. Bayi yang belum bisa jalanpun sudah diberikan bermain hp atau ipad yang sangat tidak dibutuhkan oleh mereka. Alasan banyak orang tua yang melakukannya, supaya diam/anteng!

·         Orang tua/pendidik dan anak tidak menyadari bahwa masa-masa ini adalah masa meniru dan ingin tahu rasanya, sehingga  apa yang dilihatnya cenderung membuat mereka ingin mencobanya. Dan ini terjadi pada anak yang tidak mendapat pondasi kuat dari lingkungannya terutama agama.
·         Orangtua/pendidik beranggapan bahwa persiapan pra baligh bisa dilakukan nanti. Ayo jujur, berapa dari kita yang diajarkan persiapan menghadapi baligh misalnya mengenai mensturasi dan mimpi basah oleh orang tua/wali kita ? sedikit, iya sedikit karena banyak yang beranggapan itu bukan hal penting, padahal anak-kita harus disiapkan bagaimana mereka nanti ketika baligh, apa yang harus disiapkan dan apa yang harus dilakukan.

·         Umumnya ayah kurang terlibat dalam pengasuhan dan banyak DIAM. Banyak ayah yang menyerahkan segala sesuatu kepada ibunya anak-anak dan merasa tugasnya hanya satu yaitu mencari rezeki atau UANG sehingga perkembangan anak timpang dan tidak berkembang secara optimal.

Wah semakin panas ini pembahasan…intinya adalah yang sedang terjadi dengan anak dan remaja di sekitar kita adalah masalah besar dan sangat URGENT!  Tidakkah mulai menyadari bahaya mengintai anak-anak kita ? Jangan sampai kita kebakaran jenggot ketika hal tersebut terjadi pada orang-orang yang kita cintai….Yaa Rabb lindungi keluarga dan anak didik hamba….berurai kembali  #NoteToSelf#Faghfirlii…

Lalu apa yang sudah kita persiapkan ? sudah sejauhmana kita sudah mempersiapkan pubertas anak kita ? apakah kita melakukannya sendiri atau mengharapkan orang lain melakukannya ? apa saja yang sudah dibahas bersama anak-anak ? pernah dan sudahkah membahas isyu mutakhir yang disampaikan di atas kepada anak-anak kita ?.....kemana saja kita ? pingsankah ? masih sibukkah dengan urusan diri sendiri ?

Pembahasan selanjutnya insyaAllah dilanjut nanti ya, karena begitu banyak yang harus dibahas dan supaya kita bisa meresapi terlebih dahulu apa yang sedang terjadi dan mengapa penting kita bangun dari PINGSAN agar pembahasan berikutnya dapat kita cerna bersama dalam keadaan bangun.
Wallahu a’lam bishowwab…

NEXT…
Pembahasan kedua :  Apa yang sebaiknya diajarkan pada anak dan siapa yang bertanggungjawab ?

Pembahasan ketiga : Bagaimana caranya?  Yuk praktek!

Sabtu, 05 September 2015

Great Communication...Great Relationship!

Komunikasi Efektif
By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah
                       
Pernahkah kita berada di posisi ketika mengikuti sebuah pertemuan atau rapat, suasananya begitu chaos/ribut karena semua orang yang berada di ruangan tersebut bicara semua dan ingin pendapatnya tersampaikan dan diterima ? Pernahkah kita mendengar seorang anak tiba-tiba menangis saat sedang bermain bersama teman-temannya dan orangtuanya berkomentar “Sssst diam, jangan cengeng!” atau “Tuh kan kata mama juga jangan main sama Doni! Doni kan anak nakal!” atau “Kamunya sih, senang gangguin temannya ya, jadi saja dia tidak suka kamu!”, dsb ? Pernahkah juga ketika anak kita nilai-nilai di rapotnya tidak sesuai harapan atau perilakunya tidak sebaik yang kita harapkan, kitapun berkomentar “Lihat tuh kakak kamu nilai-nilai di rapotnya lebih bagus dari punya kamu!”, “Kamu ngga mau belajar sih! atau “Kamu mah ngga seperti adik kamu yang rajin bantuin papa! Malas kamu!” Pernahkah anak kita pulang telat tidak seperti biasanya alias telat kemudian member informasi bahwa ia telat karena jalanan macet kemudian kita berkomentar “Ke mana dulu kamu ? sama siapa? Pasti main dulu ya ? awas ya kalau bohong, ayo main sama siapa ? jangan macet dijadikan alasan!”? Pernahkah kita mengingatkan anak kita untuk tidak naik di motor karena khawatir terjatuh dan motornyapun jatuh tapi tidak diindahkan dan akhirnya anakpun terjatuh kemudian kita menjewer anak kita sambil berkata “tuh kan kata bunda juga jangan naik, jadi kamu jatuh. Rasain, sakitkan! Lihat motornya jadi rusak deh sama kamu! Pernahkah ? Pernahkah ? Pernahkah?... :P

Pernahkah pula kita membayangkan respon dan perasaan orang-orang yang mendapat komentar-komentar di atas ? atau bagaimana perasaan kita apabila kita berada pada situasi tersebut ?
Dalam proses menyampaikan/pengiriman serta tukar menukar informasi, ide dan sebagainya yang disebut sebagai KOMUNIKASI seringkali tanpa disadari kita terjatuh pada jenis komunikasi yang tidak efektif, artinya maksud dan tujuan tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Tentu saja ilustrasi komunikasi di atas menunjukkan usaha seseorang ingin memberitahu, merubah perilaku, menanamkan pemahaman, dll. tapi ternyata respon  dan akibatnya di luar dugaan.
Respon-respon yang sering muncul dan termasuk kepada jenis-jenis KOMUNIKASI YANG TIDAK EFEKTIF diantaranya yaitu, memerintah, mengancam, melabel, membandingkan, menceramahi, menginterogasi, menyalahkan, mendiagnosa, menyalahkan, memberikan solusi, mengalihkan/menyuap, membohongi, menghibur, dan menjamin.

Ketika kita terjebak dalam komunikasi tidak efektif, maka berbagai respon dari teman komunikasi kita seringkali membuat kita kaget dan  bingung karena pesan yang kita sampaikan ditangkap/dicerna secara berbeda oleh teman komunikasi kita, misalnya situasi anak yang pulang telat di atas, kemudian menyampaikan alasan karena alasan macet dan respon kita seperti di atas, maka itu termasuk pada jenis komunikasi tidak efektif yaitu menginterogasi, maka pesan yang mungkin ditangkap oleh anak adalah orantuaku tidak percaya sama aku dan merasa dicurigai padahal apabila komunikasinya tepat, orangtua akan benar-benar tahu kemana anaknya. Bermain dulu atau memang karena macet. Anakpun akan dengan nyaman menceritakan apapun kepada kita, insyaAllah.
Lalu apa yang harus kita pelajari dan lakukan agar terhindar dari komunikasi yang tidak efektif ?

1.       Mengenali dan Memahami bentuk perasaan
Pada tahap ini, kita diajak belajar untuk memahami perasaan teman komunikasi kita, misalnya : Anak kita pulang sekolah tiba-tiba menangis sejadi-jadinya sambil berteriak “ aku benci Rani pokoknya benciiiii!. Hindari merespon sebelum kita kenali dulu perasaan anak kita “Hmm anakku sedang sedih atau kesal” . “Bundaaaaa….aku bisa pakai baju sendiri!” “oh anakku perasaannya sedang bahagia/bangga”. Nah setelah kita mengenali dan memahami bentuk perasaan anak kita tersebut yang disimpan di hati dan pikiran, baru kita siap pada tahap berikutnya.

2.       Ungkapan yang memahami bentuk perasaan
Setelah kita mengenali dan memahami bentuk perasaan anak kita di atas, barulah kita mengungkapkan sesuatu yang menunjukkan bahwa kita memahami perasaan anak kita. Contohnya : “ Anak mamah yang pemberani tampaknya sedang sedih/kesal ya, pulang sekolah langsung menangis, bagaimana ceritanya ?” “Alhamdulillah anak mamah perasaannya sedang bahagia/bangga ya, karena berhasil pakai baju sendiri. Mamah juga bangga lho sayang”.

3.       Memahami bahasa tubuh
Kadang-kadang atau seringkali bagi seseorang yang tidak terbiasa mengungkapkan perasaannya atau yang sedang belajar mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya, gerakan tubuhnya tetap bisa menunjukkan apa yang sedang dirasakan dan dialaminya. Maka kita harus terbiasa membaca, mengenali, dan memahami bahasa tubuh sesorang. Misalnya : Pada saat anak kita tampil di sebuah pertunjukkan tiba-tiba anak kita berdiri kaku di panggung dengan wajah tegang dan mata tertuju pada satu titik padahal ketika latihan anak kita begitu ceria dan enjoy serta percaya diri. Sebelum merespon, mari kita terbiasa memahami rasa dibalik bahasa tubuh kaku tersebut “yaa Rabb…anakku perasaannya saat ini pasti sedang khawatir/cemas”, sehingga jempol dan senyumlah yang kita berikan dari area penonton. bukannya melotot dan mengumpat sehingga anak kita semakin cemas.

4.       Mari menentukan masalah siapa ?
Setelah kita dapat memahami bentuk perasaan dan bahasa tubuh teman komunikasi kita dilanjut kita telah tahu ungkapan apa yang cocok untuk digunakan, langkah selanjutnya agar kita tidak tergelincir pada respon komunikasi yang tidak efektif, maka kita harus menelaah sebenarnya siapa yang sedang menghadapi masalah dan siapa yang bermasalah karena berhubungan dengan apa yang harus kita ungkapkan atau sampaikan selanjutnya. Misalnya: Untuk kasus anak yang pulang tiba-tiba datang menangis, tentunya yang sedang punya masalah adalah anak, tapi untuk kasus yang orangtua melarang anaknya naik motor dan jatuh, yang bermasalah adalah orangtua. Bisa tahu bedanya ? mari resapi. Setelah kita memahaminya maka bagi yang mempunyai masalah konsekwensinya dialah yang harus bisa menyelesaikan masalahnya. Bagaimana caranya ?
·         Apabila yang mempunyai masalah adalah anak/pasangan/teman komunikasi lainnya, maka kita harus berperan sebagai PENDENGAR AKTIF, di mana kita hanya berkomentar sesuai dengan pemahaman kita tentang bentuk perasaan dan makna dibalik bahasa tubuhnyanya lalu giring untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Contoh :
“Aku benci Rina pokoknya benciiiii! Sambil menangis sejadi-jadinya
“ Oh kamu perasaannya sedang kesal ya, tentunya tidak nyaman ya rasanya merasa benci sama teman” posisi dekat anak dan wajah menghadap anak.
“Iyaaa…Rina tadi di sekolah tidak mau main sama aku!” tambah keras menangis
“Menurutmu sayang kenapa Rina tidak mau main sama kamu ?”
“Iya karena aku tidak mau berbagi makanan bekal aku!”
“ooh gitu ya. Kenapa kamu tidak mau berbagi kemarin ? biasanya kamu senang berbagi.”
“Karena makanannya sedikit!”
“Sudah beritahu Rina ?
“Belum!”
“Nah supaya Rina tahu, apa yang harus kamu lakukan!”
“Memberitahu Rina kalau aku bawa makanan lebih banyak pasti aku berbagi. Karena kemarin aku bekal sedikit dan ada kegiatan olahraga, jadi aku tidak berbagi dulu”
“Alhamdulillah anak mamah sudah bisa mendapatkan jawabannya. Kapan akan kamu beritahu Rina ?”
“Besok!”
“Sip! mama doakan besok urusannya lancar ya. Mama tunggu kabar selanjutnya ya” peluk anak.
·         Apabila yang mempunyai masalah adalah kita, maka konsekwensinya kitalah yang harus menyelesaikan masalah dengan PESAN KITA/DIRI. Kepiawaian kita merangkai kata sangat dibutuhkan ketika kita sedang melakukan ini karena jangan sampai teman komunikasi kita merasa dinilai negative sebelum komunikasi itu berjalan. Dalam pesan kita ini beberapa poin penting dalam penyampaiannya harus diperhatikan, yaitu : sampaikan persaan kita, perilaku yang mengiringi perasaan kita muncul, dan akibatnya baik buat diri dan lingkungan. Contoh : Kasus anak usia 4 tahun yang telah diingatkan beberapakali untuk tidak naik motor dan akhirnya si anak dan motornya terjatuh. Yang harus pertama kita lakukan adalah jauhkan anak dari motor dengan penuh kasih sayang, periksa keadaannya dari atas rambut sampai ujung kaki untuk melihat apakah anak kita terluka. Apabila ada luka yang harus diobati, maka obatilah dulu sampai tuntas. Jika anak kita baik-baik saja, maka pesan kita bisa diberikan setelah anak terlihat lebih tenang.
“Bunda MERASA sedih dan kecewa sama ade tadi, KARENA ade sudah diberitahu beberapa kali untuk tidak naik motor tapi ade tidak mendengarkan Bunda, AKIBATNYA ade dan motornya jatuh. Lihat badan ade jadi memar, bundakan sedih kalau ade terluka (sambil mengusap kepala atau area terluka). Lihat, motor ayahpun jatuh dan bisa saja motornya rusak dan tidak bisa dipakai lagi buat ayah, bunda, dan ade jalan-jalan”. Sampaikan pesan kita ini dengan intonasi yang biasa saja dan wajah yang menunjukkan hal ini serius tapi bukan ekspresi marah. Usahakan anak bisa melihat kita, misalnya dengan cara duduk di atas gendongan dan menghadap kita. Berikutnya yang harus kita lakukan adalah mengajak anak untuk berjanji untuk tidak melakukannya dan membantu bersama-sama membetulkan posisi motor (tentu saja kita yang lebih banyak porsinya, anak hanya menyentuh saja sudahpun sudah bagian dari pembelajaran bertanggungjawab dengan apa yang telah dilakukannya). Hindari terlalu banyak kata-kata yang berhamburan dalam pesan kita ini karena akan membuka celah untuk terjadinya jenis komunikasi yang tidak efektif. Kata kunci dalam pesan diri ini adalah usia teman komunikasi,padat, dan jelas.

TIPS berkomunikasi secara efektif :
       RESPONLAH dengan cepat permasalahan yang ada, baik yang datangnya dari anak ataupun pasangan.
       JANGAN MENUNDA untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Libatkanlah pihak yang tepat untuk membantu anda mencari penyelesaian masalah yang ada dan tentunya dapat dipercaya.
       GUNAKAN BAHASA yang bijaksana dan tidak memojokan pihak manapun.
       CEK RECEK setiap persoalan yang dihadapi, hindari reaktif dan bersikaplah tenang

Dalam berkomunikasi ini, rasa lelah, cape, kesibukkan yang menyita waktu, dan suasana hati yang tidak nyaman akan sangat mempengaruhi ketika kita sedang menjadi Pendengar Aktif atau sedang melakukan Pesan Kita/Diri, sehingga usaha kita tidak optimal. Dari sini kita bisa melihat bahwa kita tidak bisa bekerja sendiri. Bekerjasama dengan orang-orang tercinta yang ada di sekitar kita dalam hal ini keluarga sangatlah penting. Cinta dan komitmen dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan setiap persoalan/masalah dengan cara yang tepat.

Selamat menikmati setiap prosesnya ayah dan bunda yang ceria dan bersemangat!

Kurikulum dengan Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Anak Usia Dini di Rumah

Fun Curriculum At Home For Preschooler
By : Siti Sarah Hajar Nurfuadah

Aura kebahagiaan terpancar dari orang-orang terdekat kita ketika berita pernikahan mulai tersebar. Ucapan selamat dan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan rencana pernikahan kitapun berhamburan. Sama siapa ?, orang mana ?, kerja di mana ?, di mana nikahnya ?, sudah sampai mana persiapannya ? dll. Persiapan menuju pernikahanpun direncanakan sangat matang terlepas dari sederhana atau mewahnya pernikahan itu. Dari mulai pembuatan kepanitiaan, rancangan acara, kostum, gedung, biaya, dll. Kita membuat rancangan kerja dan membagi tugas dengan detil kepada semua panitia. Untuk membuatnya lebih sempurna diadakan rapat berulang-ulang. Ketika acara berlangsungpun tak lepas Ketua Panitia memantau dan berkoordinasi dengan timnya memastikan semuanya berjalan dengan rancangan acara.

Ilustrasi di atas menunjukkan betapa pentingnya pembuatan seperangkat alat yang bisa menunjang pernikahan dengan baik, lancar dan sesuai harapan. Nah itu tidak jauh dengan definisi dari kurikulum. Sederhananya kurikulum adalah seperangkat rancangan pembelajaran “ a plan for learning” yang tertulis atau ada dokumennya.

Aura kebahagiaan Alhamdulillah kembali terpancar ketika kita dianugrahi putra-putri tercinta. Ketika kita menikah mempersiapkannya dengan sangat matang, nah tantangan berikutnya sebagai orangtua adalah pembuatan “ a plan for learning “ bagi anak-anak kita yang merupakan amanah/titipan istimewa. Usia dini adalah masa yang sangat crucial, yaitu usia 0-7 tahun. Di masa inilah fase perkembangan awal harus maksimal diberikan stimulasi. Menilik karakteristik anak usia dini/preschool yaitu : Memiliki rasa ingin tahu yang besar, pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa yang paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, dan bagian dari makhluk sosial menuntut kita untuk dapat menfasilitasi kebutuhan yang mengirinya.

Dalam pembuatan “a plan for learning” inipun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu masa-masa titik kritis anak usia dini, diantaranya membutuhkan istirahat, makan, minum, dan rasa aman yang tinggi,peniru ulung, membutuhkan rutinitas dan latihan, kebutuhan akan bertanya dan menjawab, cara berfikir berbeda dengan orang dewasa, membutuhkan pengalaman langsung, masa trial and error, dan masa bermain.

Melihat karakteristik dan masa kritis anak usia dini di atas mengajak kita untuk dapat mengembangkan/mendesain sebuah perencanaan bembelajaran yang menyenangkan, artinya kita harus dapat memadukan pendidikan dan hiburan dengan harmonis dalam sebuah aktivitas bermain. Di sini kata kuncinya adalah BERMAIN, MENYENANGKAN, BERMAKNA (BMB), jadi ijinkan saya mengganti istilah “ a plan for learning” menjadi “ A PLAN FOR FUN LEARNING”, Alhamdulillah lebih keren hehe…
Adapun dalam rancangan ini aspek-aspek perkembangan yang harus distimulasi adalah fisik-motorik (kasar dan halus), bahasa, kognitif,  social-emosi, dan moral. Pengembangan nilai dan karakter adalah bagian terpenting dalam rentang usia ini.

Alhamdulillah banyak ayah bunda cerdas yang sangat memahami karakteristik dan kebutuhan anak usia dini sehingga berbagai cara ditempuh, misalnya dengan mencari sekolah yang dapat menfasilitasi kebutuhan anak-anak tersebut ataupun memutuskan menstimulasi mereka di rumah secara menyeluruh. Apapun langkah yang ditempuh, peran orangtua di rumah sangat penting pada masa ini. Bagi yang memutuskan menyekolahkan anaknya, perlu diingat bahwa sekolah adalah partner orangtua yang tugasnya hanya membantu menggenapkan usaha kita dalam mengembangkan potensi dan kemampuan putra-putri tercinta. Jadi rumah adalah tempat utama dan tempat paling strategis. Kesimpulan, ayah bundalah guru terbaik dalam pelaksanaan A PLAN FOR FUN LEARNING ini. Membuatnya insyaAllah sangat mudah

Langkah-langkah membuat A PLAN FOR FUN LEARNING :
1.       Tujuan (Aim), cita-cita dan impian yang ingin diraih dengan menentukan target perkembangan anak yang ingin distimulasi.
2.       Aspek yang ingin dikembangkan ( Development Aspects), aspek perkembangan apa yang ingin distimulasi ? misalnya, Fisik-motorik: anak bisa melompat ke depan menggunakan 2 kaki. Bahasa : anak dapat meminta ijin dengan bahasa sederhana. Kognitif : membedakan bentuk. Sosial Emosi : Berani bertanya. Moral : Terbiasa mengucapkan permisi dan terima kasih.
3.       Rencana kegiatan (Activities), berisi tema/topik pembelajaran dan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir.
4.       Sumber dan peralatan yang akan digunakan (Tools and Resources), berisi peralatan dan sumber belajar yang akan digunakan.
5.       Lingkungan yang dilibatkan , dalam menjalankan kegiatan siapa orang yang diharapkan dapat membantu atau mendukung proses pembelajaran yang berlangsung. Misalnya : ayah, bunda, kakek, nenek, paman, bibi, tetangga, dll.

Prinsip membuat A PLAN FOR FUN LEARNING adalah PIKOR :
1.       PENGALAMAN, Pengalaman langsung mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya melalui
mendengarkan. Anak banyak melakukan praktek. Melalui kegiatan berfikir, bergerak, berbicara, mengecap, menghidu,mendengar,melihat, dan menyentuh akan membantu otak anak menyimpan dan mengingat lebih banyak apa yang dipelajarinya.

2.       INTERAKSI, Kualitas belajar akan meningkat dengan diskusi, saling bertanya dan menjelaskan
sehingga anak mampu memberikan pendapat yang lebih jelas. Anak diajak berani mengemukakan ide dan pendapatnya ketika sedang berdiskusi atau bercakap-cakap.
3.       KOMUNIKASI, Pengungkapan pikiran dan perasaan selain memenuhi ‘harga diri’ juga akan memantapkan pemahaman seseorang tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipelajari. Anak dibiasakan menyampaikan ide, pikiran, hasil penemuan, dan pendapatnya melalui berbagai cara/media
.
4.       REFLEKSI dan EVALUASI, Refleksi dapat terjadi sebagai akibat adanya interaksi dan komunikasi. Pertanyaan dari orangtua dan teman memicu anak untuk berpikir dan  melakukan refleksi pemikiran dan pembelajaran. Bertanya perasaan anak setelah melakukan aktivitas, menanyakan pendapat anak mengenai kegiatan yang telah dilakukan,

Sifat pembelajaran : M2B4
1.       Menyenangkan (FUN)
2.       Mudah (EASY)
3.       Belajar (LEARN)
4.       Bermain (PLAY)
5.       Bermakna (Meaningful)
6.       Berkembang bersama (Growth Together)

Contoh Kegiatan :
Tujuan : Bersyukur kepada Allah
Aspek yang ingin dikembangkan : Fisik-motorik: anak bisa melompat ke depan menggunakan 2 kaki. Bahasa : anak dapat meminta ijin dengan bahasa sederhana. Kognitif : membedakan bentuk. Sosial Emosi : Berani bertanya. Moral : Terbiasa mengucapkan permisi dan terima kasih.

Peralatan dan sumber belajar : Keranjang, macam-macam daun, kertas, lem, gunting, pewarna.
Lingkungan yang dilibatkan : Anggota keluarga dan tetangga.

Rencana kegiatan :
·         Anak diajak untuk bersama ayah/bunda bermain peran menjadi keluarga kelinci yang akan mencari makanan ke luar berupa dedaunan.
·         Diajak berdiskusi untuk membawa peralatan apa saja untuk membawa dedaunan tersebut.
·         Mengajak jalan-jalan ke rumah tetangga dengan bersama-sama melompat menggunakan 2  kaki sambil bergembira.
·         Setelah sampai di rumah tetangga ketika akan memetik daun, anak ditanyakan siapa yang memiliki pohonnya apakah punya si anak ? setelah anak tahu siapa pemiliknya, lalu anak diajak belajar meminta ijin untuk memetik daun tersebut dan mengucapkan terima kasih ketika diijinkan. Contoh kalimat : “Permisi, boleh minta daun ?”. Di perjalan pulang, kita bisa menanamkan nilai baik seperti, “Pak…..baik ya, sudah mengijinkan kita memetik daunnya. Tahu tidak sayang? Allah lebih sayang dengan kita lho. Allah menciptakan pohon berdaun itu buat kita, keren ya”
·         Setelah mendapatkan banyak daun, keluarga kelinci pulang dan bersama-sama melihat berbagai macam bentuk daun yang berbeda-beda dengan memancing banyak pertanyaan kepada anak tanpa langsung memberikan informasi. Contoh kalimat : “Hmmm masyaAllah daunnya banyak sekali, yuk kita lihat sayang! Kita cari yuk daun yang sama bentuknya!” “Waaah lihaaat Allah menciptakan daun-daun ini sama tidak ya bentuknya ?”
·         Setelah selesai bermain dengan bentuk-bentuk daun, anak bisa diajak berkreasi bersama dengan menggunakan media daun tersebut. Anak diajak memutuskan akan diapakan dedaunan tersebut dengan diberikan 2-3 pilihan disesuaikan dengan waktu yang tersedia, misalnya ditempel jadi pohon, mencap, daun digunting dan membuat kolase kelinci. Contoh kalimat : “ Serunya ya main dengan daun
·         Saling menyampaikan perasaan. Contoh kalimat : “ Alhamdulillah perasaan bunda senaaaang sekali bisa main jadi kelinci denganmu sayang, bagaimana perasaan kamu ?
·         Review, bertanya kembali pada anak apa saja yang sudah dilakukan oleh keluarga kelinci dan apa yang harus dilakukan untuk berterima kasih kepada Allah yang sudah menciptakan pohon dan tanaman. Contoh kalimat : “ Alhamdulillah, terima kasih Allah!” dilanjut “Sudah menciptakan tanaman untuk kami”…dst.
·         Anak diajak untuk membereskan dan membersihkan peralatan yang sudah digunakan.


Prinsipnya, dalam pembuatan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan di rumah dengan anak usia dini kita itu sangat murah karena bisa menggunakan dan memanfaatkan segala sumber yang ada di lingkungan sekitar, di mulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga dan rumah.

Selamat mencoba ayah bunda sayang yang dirahmati Allah J

Tugas  buatmu sahabat : Aku bisa membuat satu contoh A PLAN FOR FUN LEARNING di rumah